Kamis, 01 Januari 2015


Alkisah, ada seorang pengusaha pembuat sabun sedang dalam perjalanan pulang. Tiba-tiba dia melihat seorang ibu sedang berteriak histeris “Maling-rampok!” karena tasnya dijambret oleh pengendara motor. Sambil memandang dengan prihatin, dia pun melanjutkan perjalanannya.

Tidak lama kemudian, dia menyaksikan sekelompok orang sedang memukuli seorang pemuda hingga babak belur karena ketahuan hendak mencuri sepeda motor di tempat parkir. Melihat peristiwa itu dia pun termenung dan berpikir, kenapa kejahatan ada di mana-mana dan semakin hari semakin banyak? Tadi si ibu bingung dan sedih karena dompetnya dicopet pencuri. Sekarang ada pencuri tertangkap dan dihakimi secara massal oleh sekelompok orang.

Bukankah sejak dulu sudah ada agama, guru-guru, dan pemuka agama? Bukankankah pelajaran tentang kebaikan dan nilai moral yang benar sudah diberikan? Tetapi mengapa masih begitu banyak kejahatan dilakukan seakan-akan tidak ada agama dan para guru agama? Dengan penasaran, si pengusaha mendatangi seorang pemuka agama yang saat itu kebetulan ditemuinya sedang menonton pertandingan sepakbola remaja.

Sambil bersama menikmati tontonan, si pengusaha menceritakan pengalamannya dan bertanya dengan nada memojokkan, “Guru, kenyataannya sampai saat ini semakin banyak terjadi kejahatan, kekerasan, ketidakadilan, penyiksaan, dan berbagai macam kondisi jelek lainnya, terus apa gunanya banyak agama dan guru agama yang mengajarkan kebaikan dari sejak dahulu kala?”

Sebelum sempat menjawab pertanyaan, terdengar teriakan ramai dari arena pertandingan. Gol! Para remaja itu saling merangkul, menjatuhkan diri ke tanah, bergulingan di tanah sambil bersorak gembira. “Hei, begitu banyak sabun yang telah kamu buat tetapi lihatlah orang-orang itu masih begitu kotor,” komentar sang guru.

“Loh, mereka kotor kan bukan salah kami yang membuat sabun! Mereka pasti bersih jika nanti mandi dan memakai sabun buatan kami,” jawabnya si pengusaha sabun, dengan spontan membela produk buatannya.

Sambil tersenyum sang guru berkata, “Seperti itulah ajaran agama. Sebaik dan sebenar apapun pelajaran diberikan, akan berguna jika dipraktekkan dan dimanfaatkan dengan baik dan benar oleh manusianya. Dengan demikian, ajaran agamanya, atau sabun Anda, tidak bisa dipersalahkan. Begitu, kan?    

Pembaca yang budiman,

Hidup bukan teori, hidup adalah praktek. Dalam pelajaran agama apapun dan dimanapun, kalau si pelaku tidak mampu mempraktekan ajaran yang didapat (apalagi menyimpang dalam mempraktekannya) tentu ini adalah kesalahan manusia itu sendiri dan akan mendatangkan kesulitan hidup buat diri sendiri serta membuat penderitaan buat orang lain.

Sama halnya dalam dunia bisnis, jika kita hanya sekadar mengumpulkan teori-teori kesuksessan tetapi tidak mau dan tidak mampu praktek, tentu tidak akan ada hasilnya atau nihil. Hanya dengan belajar dan mempraktekan secara terus menerus, lambat atau cepat, kita akan memperoleh kemajuan yang seperti kita harapkan.

Semoga mampu menginspirasi. Salam sukses, luar biasa!

sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/6008/Yang-Utama-adalah-Praktek
Langkah maju kita sering kali tertahan oleh rasa khawatir yang muncul di pikiran. Tak sepenuhnya salah. Sebab, hal itu akan membuat kita jauh lebih waspada dan kemudian berusaha mengambil langkah pencegahan agar sebuah kekhawatiran tak jadi kenyataan. Tetapi jika itu terus dibiasakan mengganggu pikiran, sudah pasti kita akan tertinggal oleh mereka yang berani mengambil keputusan dengan segala risikonya. Ditambah lagi, menurut sejumlah penelitian, rasa khawatir 80 persen lebih tak bakal jadi kenyataan.

Hasil penelitian tersebut mengingatkan saya pada sebuah ungkapan Mandarin yang saya cantumkan di judul artikel ini, “rasa khawatir yang tidak perlu dikhawatirkan.” Sebagai ilustrasi, ada sebuah kisah yang bisa kita petik maknanya berikut ini:

Zaman dahulu kala, di sebuah negeri, ada sekumpulan anak-anak yang kerap bermain-main di lapangan desa. Suatu kali, pada musim penghujan, anak-anak itu terus saja bermain. Padahal, petir kerap menyambar sehingga para orangtua pun gelisah. Mereka khawatir petir yang menyambar bisa melukai anak mereka.

Akhirnya, untuk mencegah anak-anak mereka bermain di lapangan, para orangtua punya cara masing-masing. Ada yang melarang secara langsung. Ada pula yang mengunci pintu rumah rapat-rapat saat hujan datang. Tapi, dari sekian banyak orangtua, ada yang kemudian memutuskan untuk mengarang cerita guna menakut-nakuti si bocah. Bocah ini diberi tahu, bahwa petir yang menyambar bisa membuat langit runtuh. Dan, jika itu terjadi, maka kiamat akan segera datang. Sejak cerita itu terus disampaikan, si bocah pun jadi sering ketakutan. Setiap kali mendengar geledek, ia merasa saat itu ancaman kiamat bakal datang.

Dengan latar belakang kisah itu, si bocah tumbuh menjadi pemuda yang penakut. Setiap kali hujan datang, ia selalu memilih untuk mengurung diri dalam rumah. Ia jadi seorang pemuda yang selalu khawatir kalau-kalau langit akan runtuh dan menimpanya. Karena itulah, hampir setiap kegiatan hanya dilakukan di dalam rumah. Maka, saat pemuda lain di desanya pergi ke luar desa untuk mendapat penghidupan yang lebih baik, ia tetap memilih untuk hidup di desa. Itu pun selalu dihabiskan dalam rumah. Ia terlalu khawatir dengan kisah yang sering diceritakan orangtuanya. Beberapa kali, orang meyakinkan bahwa langit tak akan runtuh. Namun, beberapa kali juga ia mendengar petir menyambar yang membuatnya kembali takut dan khawatir bahwa yang diomongkan orangtuanya akan jadi kenyataan.

Sejak saat itu, karena kekhawatiran yang berlebihan, si pemuda pun tertinggal jauh dengan pemuda lain di desanya yang telah banyak melanglang buana meraih suksesnya masing-masing.

Netter yang Luar Biasa,

Kisah tersebut menggambarkan betapa kuatnya pikiran memengaruhi keputusan tindakan seseorang. Dari informasi yang sifatnya pencegahan—seperti yang diceritakan orangtua kepada bocah—ujungnya malah menanamkan kekhawatiran berlebihan. Ini seperti yang banyak terjadi pada mereka yang terkungkung oleh rasa khawatir yang muncul di benak mereka sendiri. Belum melakukan apa-apa, sudah khawatir bahwa sesuatu kurang mengenakkan bakal terjadi. Padahal, belum tentu yang dikhawatirkan akan terjadi.

Maka, ungkapan rasa khawatir yang tidak perlu dikhawatirkan perlu kita renungkan bersama. Betapa sebenarnya, ada banyak hal yang hanya tercipta di benak kita sendiri. Betapa banyak asumsi yang kita ciptakan, sehingga malah menghambat perkembangan diri. Dan sebaliknya, coba lihat betapa banyak perusahaan yang awalnya diragukan, tapi justru tumbuh sangat mengagumkan.

Kekhawatiran hanya akan menjerumuskan kita pada keragu-raguan. Padahal, apa yang di depan sangat ditentukan dengan apa yang kita lakukan hari ini. Maka, jika rasa khawatir sudah membelenggu, niscaya kita pun tak bisa memaksimalkan potensi. Jika ragu-ragu jadi penghambat, niscaya hari ini kita tak bisa memunculkan kemampuan yang hebat.

Mari, jangan biarkan kekhawatiran menguasai pikiran. Jangan izinkan ketakutan akan kegagalan menghambat jalan ke depan. Jangan biasakan perasaan ragu-ragu sebagai “teman” keseharian. Ingat, bahwa banyak  rasa khawatir yang tidak perlu dikhawatirkan. Maksimalkan segala potensi dengan selalu melakukan yang terbaik hari ini. Dengan begitu, segala bentuk kekhawatiran akan kalah oleh semangat dan daya juang maksimal yang kita miliki.

Salam sukses, luar biasa!

sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/14182/Rasa-Khawatir-yang-Tidak-Perlu-Dikhawatirkan

Selasa, 30 Desember 2014


Pentingnya Beristirahat

Seorang pria paruh baya dan seorang pemuda mulai menebang kayu pagi-pagi buta. Mungkin karena tenaganya sudah tidak terlalu besar, setiap 50 menit, si pria paruh baya akan istirahat selama 10 menit lamanya. Sedangkan si pemuda, mungkin karena tenaganya yang masih kuat, ia tidak pernah beristirahat sedetikpun dan hanya terus bekerja.

Ketika waktu bekerja selesai, si pemuda menyadari suatu hal yang mengejutkan. Hasil kayu yang ditebang pria paruh baya jauh lebih banyak dari yang ia tebang. Kemudian, si pemuda tersebut bertanya kepada pria tersebut untuk belajar darinya. Lalu, si pria paruh baya itu menjawab, “Istirahat juga merupakan sebuah pekerjaan. Selain bisa memberikan pasokan tenaga yang cukup bagi tubuh, istirahat juga bisa mengasah energi yang kita miliki.”

Netter yang Bijaksana,

Bekerja dan belajar dengan gigih memang bagus, akan tetapi alangkah lebih baik lagi jika disesuaikan dengan beristirahat. Tubuh kita juga memiliki batas dan kemampuan tertentu ketika digunakan. Ketika batas tersebut sudah hampir terlampaui, beristirahat adalah cara yang paling baik untuk membuat tubuh kembali bertenaga.

Ketika manusia bekerja dengan tubuh yang kuat dan segar, maka hasil yang baik akan tercapai karena dikerjakan dengan lebih semangat. Sebaliknya, jika pekerjaan terus menerus dilakukan tanpa ada waktu beristirahat, maka tubuh tidak akan mampu menahan rasa lelah dan letih, dan bisa menyebabkan pekerjaan yang sedang dikerjakan berantakan.

Di akhir tahun ini, gunakanlah waktu istirahat Anda sebaik-baiknya untuk mengembalikan energi fisik dan mental tubuh Anda yang telah digunakan selama satu tahun belakangan ini.

Salam Sukses Luar Biasa!

sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/14176/Pentingnya-Beristirahat

Kamis, 16 Oktober 2014


Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Huisedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?"

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita :
  • Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
    Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
  • Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
  • Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
  • Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
  • Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
  • Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
  • Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga
  • Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.
sumber : http://www.huyan.web.id/2014/10/3-x-8-23.html

Kamis, 21 Agustus 2014


Dikisahkan, ada seorang pemuda berusia menjelang 30 tahun, tetapi memiliki kemampuan berpikir layaknya anak berusia di bawah 10 tahun sederhana dan apa adanya. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan mendidik anaknya agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik.


Suatu hari, si anak yang sangat mencintai ibunya, berkata, "Ibu, aku sangat senang melihat ibu tertawa. Wajah ibu begitu cantik dan bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap hari?"

"Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa setiap hari," ujar sang ibu.

"Bagaimana caranya berbuat baik dan bagaimana harus setiap hari?" tanya si anak.

"Berbuat baik adalah bila kamu bekerja, bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit, atau kesepian. Kamu bisa sekadar menemaninya atau membantu meringankan pekerjaan mereka. Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu. Pesan ibu, jangan menerima upah. Setelah selesai membantu, mintalah sobekan tanggalan dan kumpulkan sesuai urutan angkanya. Kalau angkanya urut artinya kamu sudah berbuat baik setiap hari. Dengan begitu ibu pun setiap hari pasti akan senang dan tertawa," jawab sang ibu sambil membelai sayang anak semata wayangnya itu.

Beberapa waktu berlalu dan ibu dari si anak meninggal. Namun karena kenangan dan keinginannya melihat ibunya tertawa, setiap hari sepulang kerja, dia berkeliling kampung  membantu orang-orang tua. Kadang memijat, menimba air, memasakkan obat, atau sekadar menemani dengan senang dan ikhlas. Bila ditanya orang kenapa hanya sobekan tanggalan yang diterimanya setiap hari? Dia pun menjawab, "Karena setiap hari, setibanya di rumah, sobekan tanggalan yang aku kumpulkan, aku susun sesuai dengan nomor urutnya. Maka setiap hari aku seakan bisa mendengar ibuku sedang melihat aku dan tertawa bahagia di atas sana."

Si pemuda yang berpikiran sederhana itu  pun telah menjadi sahabat banyak orang di desa. Sehingga suatu ketika, atas usul dari seluruh warga, karena kebaikan hatinya, dia dianugerahi oleh pemerintah bintang kehormatan dan dana pensiun selama hidup untuk menjamin tekadnya, yakni setiap hari bisa membantu orang lain.

Netter yang Luar Biasa,

Untuk kehidupan sekarang ini, memang terasa sulit ditemukan orang yang membantu orang lain tanpa ada keinginan untuk menerima balasan. Namun sebenarnya, esensi kehidupan manusia adalah saling bantu membantu, menolong, dan ditolong.

Malah sering kali bisa berbuat baik dan membantu orang lain sesuai dengan yang dibutuhkan, akan terasa rasa yang nikmat sekali. Tentu, untuk konsisten berbuat baik dan membantu orang lain membutuhkan kesadaran, latihan, dan membiasakan diri terus menerus.

Mari kita praktikkan pepatah sederhana ini: 每天做一件好是 mei tian zuo yi jian hao shi, “Melakukan (minimal) satu kebaikan setiap hari.”

Salam sukses luar biasa!
sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/13566/Berbuat-Baik-Setiap-Hari


Rabu, 20 Agustus 2014

Alkisah, di kesenyapan sebuah belantara, terdengar percakapan menarik antara Ibu Siput dengan anaknya. Siput kecil bertanya kepada ibunya, “Ibu, mengapa sejak lahir, kita harus membawa cangkang yang begitu keras dan berat ini?"

Sang ibu menjawab, “Pertanyaan yang bagus. Anakku, kita ditakdirkan dengan badan yang tidak ada tulang untuk menyangga. Kita berjalan dengan cara merayap, itu pun tidak bisa merayap dengan cepat. Jadi kita memerlukan cangkang ini untuk melindungi diri dari perubahan cuaca, hujan dan terik matahari dan juga marabahaya lainnya yang setiap saat mengintai kehidupan ini.”


Masih penasaran, siput kecil bertanya lagi, “Tetapi Bu, Kakak Ulat itu juga tidak mempunyai tulang, dan merayapnya juga tidak cepat… Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang keras dan berat ini?”

Dengan tersenyum sabar, sang Ibu menjawab lagi, “ Anakku, Kakak Ulat tentu berbeda dengan kita. Dia sebentar lagi akan berubah menjadi kupu-kupu, lalu bisa terbang ke alam bebas dan akan terlindungi oleh langit.”

Tak mau menyerah, siput kecil bertanya lagi, “Adik cacing tanah juga tidak memiliki tulang dan tidak merayap dengan cepat. Mereka juga tidak bisa berubah menjadi kupu-kupu. Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang berat ini?”

Ibu Siput kembali menjawab, “ Adik cacing tanah kan punya kemampuan bisa menyusup dan masuk ke dalam tanah. Mereka dilindungi dari bahaya oleh tanah dan bumi ini.”

Siput kecil tiba-tiba menangis keras, “Huhuhu.... Ibu, kita sungguh hewan yang kasihan sekali. Langit tidak melindungi kita, tanah dan bumi juga tidak melindungi kita.”

Kali ini dengan tegas sang Ibu menjawab, “ Anakku, Tuhan Maha Adil. Itulah alasan mengapa kita mempunyai cangkang yang kuat ini! Kita tidak perlu bergantung pada langit maupun tanah, tapi kita harus bergantung pada diri sendiri. Jadi, mulai saat ini, terimalah keberadaan cangkangmu dengan perasaan gembira, karena itu adalah pelindung sejatimu yang telah diberikan Sang Pencipta kepada kaum kita.”

Netter yang Luar Biasa,

Setiap makhluk hidup telah diperlengkapi dengan kelebihan dan kemampuannya masing-masing. Apalagi manusia! Selain fisik, juga memiliki akal budi dan moralitas yang membedakannya dengan makhluk lain di permukaan bumi ini. Karenanya, setiap manusia bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, bukan hidup dengan mengandalkan bantuan dari orang lain.

Mari, belajar dan bertumbuh menjadi manusia yang lentur, berdiri kokoh di kaki sendiri tetapi juga sekaligus peduli kepada sesama. Dengan sikap mental kemandirian kita akan berani menatap ke depan dan siap berjuang mengubah nasib serta meraih kehidupan sukses yang gemilang.

Salam sukses, Luar Biasa!!!

sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/13825/Bergantung-Pada-Diri-Sendiri

Senin, 23 Juni 2014


Seorang dewa bernama Zhang Guolao yang melihat akhlak manusia kian merosot, turun ke dunia manusia. Ia selalu menunggang keledai dalam posisi yang terbalik untuk mengingatkan manusia akan kekeliruannya.

Di daerah Kabupaten Taidong ada seorang wanita suku Amei, yang menderita kebutaan selama 43 tahun, namun karena kurang berhati-hati ia menabrak gerobak sapi yang berjalan di pinggir jalan, tak disangka matanya tiba-tiba dapat melihat kembali seperti orang normal.

Setelah itu, karena kegirangan ia dari pagi sampai malam hari tidak berani menutup mata, terus-menerus memandang pemandangan. Sangat takut bila menutup mata, tidak dapat lagi melihat dunia yang berwarna-warni ini.

Manusia selalu pada saat sudah kehilangan, baru sadar dan menyayangi yang dimiliki pada saat itu. Dalam hidup manusia, uang atau barang apa pun dapat dipinjam dari orang lain, tetapi hanyalah sehat yang tidak dapat dipinjam.

Mata buta hati terang, mata terang hati buta, adalah merupakan perbandingan yang kontras. Hidup di atas tanah yang subur tak perlu cemas, cukup sandang dan pangan.Yang dimiliki sudah ada, bersikaplah dengan dada terbuka, hati toleran, hati tenteram, damai, dan belas kasih, menerima pendapat yang berbeda dan menghormati suku bangsa lain, ini barulah dapat terhindar dari gelap dan memiliki hari besok yang cemerlang.
Seorang dewa bernama Zhang Guolao yang melihat akhlak manusia kian merosot, turun ke dunia manusia. Ia selalu menunggang keledai dalam posisi yang terbalik untuk mengingatkan manusia akan kekeliruannya.

Di daerah Kabupaten Taidong ada seorang wanita suku Amei, yang menderita kebutaan selama 43 tahun, namun karena kurang berhati-hati ia menabrak gerobak sapi yang berjalan di pinggir jalan, tak disangka matanya tiba-tiba dapat melihat kembali seperti orang normal.

sumber : http://tanhadi.blogspot.com/search/label/CERITA%20DARI%20TIONGKOK